- Judul: 未来日記 (Mirai Nikki)
- Judul Alternatif: The Future Diary
- Tipe: TV
- Genre: Mystery; Supernatural; Action; Romance
- Episode: 26
- Rating: Extreme Violence (Bloody Scenes and Limbs Dismembering) and Strong Eroticism (Occasional Nudity and Sexually Suggestive Contents)
- Sinopsis:
Amano Yukiteru adalah seorang pemuda penyendiri yang menghabiskan waktu
dengan menulis buku harian di ponsel tentang berbagai kejadian di
sekitarnya. Hidupnya berubah ketika pada suatu hari buku hariannya
mendadak mampu meramal masa depan. Namun, setelah diburu oleh seseorang
yang bisa mengetahui setiap gerakannya, Yukiteru akhirnya sadar bahwa
ternyata dia tidak sendirian. Dia hanyalah satu dari dua belas orang
yang terpilih mengikuti sebuah survival game dari sang Dewa Ruang dan
Waktu, Deus Ex Machina, yang mana pemenangnya akan menggantikan
posisinya sebagai Dewa.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Amazing! Meski masih terdapat beberapa hal mendetil yang menimbulkan
tanda tanya, secara keseluruhan bagian cerita anime ini sudah sempurna.
Elemen "buku harian yang mampu meramal masa depan" bukan hanya memberi
dimensi yang berbeda kepada tema survival game yang sudah sering
digunakan, melainkan juga menghasilkan sebuah cerita yang benar-benar
baru dan unik. Dengan kata lain, buku harian tersebut tidak sekadar
menjadi senjata bagi para karakternya, tetapi juga menjadi inti cerita
anime itu sendiri. Storytellingnya membangun cerita dari misteri ke
suspense dengan hati-hati sehingga setiap episode terasa jelas merupakan
satu anak tangga menuju klimaks. Ketegangan serta rasa penasaran
penonton dipupuk sedikit demi sedikit dan dalam kadar yang tepat agar
setiap pertarungan lebih seru daripada pertarungan sebelumnya tetapi
tetap tidak sampai melampaui pertarungan berikutnya.
Namun, bagi mereka yang memperhatikan hal-hal mendetil suatu cerita
barangkali akan mempermasalahkan nilai logis dari anime ini. Menyaksikan
seorang anak berusia lima tahun membawa jarum suntik beracun dan
memasang perangkap gas beracun, atau dua orang murid SMU yang membantai
orang-orang dengan senapan mesin MP5, terasa lebih cenderung
mengherankan daripada menyeramkan. Ini bukan tentang psikologi mereka,
melainkan tentang apakah mungkin mereka mendapatkan benda-benda
berbahaya seperti itu dengan begitu mudah.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Bagian visual anime ini menjadi elemen pendukung yang signifikan,
terutama pada momen-momen penting di ceritanya. Animasi yang lancar dan
sinematografi yang dinamis memungkinkan penonton untuk seketika larut di
dalamnya. Hanya saja, yang perlu sedikit dikritik adalah desain
karakter Kamishita Kamado yang tampak terlalu cartoony. Upaya anime ini
untuk menggambarkannya sebagai seorang ibu yang penyayang bisa
dimengerti, tetapi sulit untuk menganggapnya serius dengan penampilan
yang rasanya lebih cocok ditempatkan di anime untuk anak-anak daripada
di anime yang para karakternya saling membunuh.
Secara khusus, voice-acting
karakter Gasai Yuno dan Amano Yukiteru patut dipuji. Setiap intonasi,
desahan napas, dan suara tawa Yuno berhasil menggambarkan seorang gadis
pembunuh berdarah dingin yang sekaligus dimabuk cinta, sedangkan nada
suara cengeng Yukiteru sanggup lebih cenderung memicu rasa jengkel
daripada rasa iba penonton, sesuai yang ingin dicapai oleh anime ini.
- Karakter:
Dengan setiap peserta survival game bisa dikatakan sebagai elemen
penting di dalam cerita, variasi karakter menjadi salah satu kekuatan
utama anime ini. Membuat alasan kepada sekelompok orang untuk bertahan
hidup adalah satu hal, dan jika harus jujur, tidak begitu sulit
dilakukan, tetapi untuk menjadi Dewa membutuhkan motivasi khusus, dan
anime ini berhasil memberikannya. Mulai dari yang sederhana seperti
cinta hingga yang ekstrim seperti kehancuran dunia, anime ini mampu
memperlihatkan berbagai macam bentuk hasrat terhadap kekuasaan.
Namun sayangnya, bukan berarti bahwa anime ini tidak melakukan beberapa
kesalahan. Segala hal mengenai keterlibatan Houjou Reisuke terasa
terlalu lemah--dan bahkan tidak masuk akal--jika dibandingkan dengan
peserta-peserta lainnya, apakah itu alasan Deus memilihnya ataukah
motivasinya sendiri untuk ikut serta. Sementara, latar belakang karakter
katalis Akise Aru terasa sangat dipaksakan, sehingga keberadaannya di
dalam cerita tampak aneh, canggung, dan membingungkan.
- Overall Score:
Anime ini tidak lepas dari berbagai kesalahan, tetapi dengan jumlah
keunggulannya jauh melampaui kekurangannya 8 banding 2, anda tidak akan
kesulitan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan tersebut dan menerima
anime ini sebagai suatu karya yang patut diperhitungkan. Immersive
story, supportive AV, and colourful characters. Nilai 9 dari 10
(Recommended!)
Source: AOICasket
Source: AOICasket