I.
PEMERIKSAAN
FISIK
Pada Apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
a. Rovsing’s sign:
dikatakan posiif jika tekanan yang diberikan pada LLQ abdomen menghasilkan
sakit di sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi peritoneum. Sering positif
tapi tidak spesifik.
b. Psoas sign:
dilakukan dengan posisi pasien berbaring pada sisi sebelah kiri sendi pangkal
kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini menggambarkan iritasi pada otot psoas
kanan dan indikasi iritasi retrocaecal dan retroperitoneal dari phlegmon atau
abscess.
Dasar anatomis
terjadinya psoas sign adalah appendiks yang terinflamasi yang terletak
retroperitoneal akan kontak dengan otot psoas pada saat dilakukan manuver ini.
Obturator sign: dilakukan dengan posisi pasien
terlentang, kemudian gerakan endorotasi tungkai kanan dari lateral ke medial.
Nyeri pada cara ini menunjukkan peradangan pada M. obturatorius di rongga
pelvis. Perlu diketahui bahwa masing-masing tanda ini untuk menegakkan lokasi
Appendix yang telah mengalami radang atau perforasi.
Dasar anatomis terjadinya psoas sign adalah appendiks yang
terinflamasi yang terletak retroperitoneal akan kontak dengan otot obturator
internus pada saat dilakukan manuver ini.
a. Blumberg’s
sign: nyeri lepas kontralateral (tekan di LLQ kemudian lepas dan nyeri di RLQ)
b. Wahl’s sign:
nyeri perkusi di RLQ di segitiga Scherren menurun.
c. Baldwin test:
nyeri di flank bila tungkai kanan ditekuk.
d. Defence
musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi sesuai letak Appendix.
e. Nyeri pada
daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen atau Appendix letak
pelvis.
f. Nyeri pada
pemeriksaan rectal tooucher.
g. Dunphy sign:
nyeri ketika batuk.
Skor Alvarado
Semua penderita
dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6>6. Selanjutnya dilakukan Appendectomy,
setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan
hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan
radang akut.
Tabel Alvarado
scale untuk membantu menegakkan diagnosis
Manifestasi
|
Skor
|
|
Gejala
|
Adanya
migrasi nyeri
|
1
|
Anoreksia
|
1
|
|
Mual/muntah
|
1
|
|
Tanda
|
Nyeri
RLQ
|
2
|
Nyeri
lepas
|
1
|
|
Febris
|
1
|
|
Laboratorium
|
Leukositosis
|
2
|
Shift
to the left
|
1
|
|
Total
poin
|
10
|
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita
Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk
diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya
dilakukan.
II.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Laboratorium12
Jumlah
leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak dengan appendicitis
akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar antara
12.000-18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to
the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis
appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan
appendicitis1.
Pemeriksaan
urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau
batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat terjadi jika
inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.
b.
Ultrasonografi
Ultrasonografi
sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis pada
kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%.
Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta adalah
appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu
appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix.
False
positif dapat muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari
salphingitis atau inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat
muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi
banyak udara yang menghalangi appendix.
c. CT-Scan
CT
scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis appendicitis
akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira
95-98%. Pasien-pasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga
adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik.
Diagnosis
appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm
pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan mengecil sehingga
memberi gambaran “halo”.
III. PENATALAKSANAAN
Untuk pasien yang dicurigai
Appendicitis :12
a. Puasakan
b. Berikan analgetik dan antiemetik
jika diperlukan untuk mengurangi gejala
c. Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
d. Pertimbangkan DD/ KET terutama pada
wanita usia reproduksi.
e. Berikan antibiotika IV pada pasien
dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan Laparotomy
a. Perawatan appendicitis tanpa operasi
f. Penelitian menunjukkan pemberian
antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang
sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau
bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
a. Rujuk ke dokter
spesialis bedah.
b. Antibiotika
preoperative
g. Pemberian antibiotika preoperative
efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post opersi.
h. Diberikan antibiotika broadspectrum
dan juga untuk gram negative dan anaerob
i.
Antibiotika preoperative diberikan
dengan order dari ahli bedah.
j.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi
dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan
Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena
frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella,
dan Bacteroides.
Teknik
operasi Appendectomy
A. Open Appendectomy
1. Dilakukan
tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit: Horizontal Oblique
3. Dibuat
sayatan otot, ada dua cara:
a.
Pararectal/ Paramedian
Sayatan pada vaginae tendinae M.
rectus abdominis lalu otot disisihkan ke medial. Fascia diklem sampai saat
penutupan vagina M. rectus abdominis karena fascia ada 2 supaya jangan
tertinggal pada waktu penjahitan karena bila terjahit hanya satu lapis bisa
terjadi hernia cicatricalis.
b.
Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut
otot.
A.
Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan
pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana diagnosis dan
terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis
acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk pemeriksaan
wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi
dari Appendicitis acuta sangat mudah dengan menggunakan laparoskop.
0 komentar:
Posting Komentar