Minggu, 30 Maret 2014

GONORE

Diposting oleh Unknown


            Gonorrhoea merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan kuman Neisseria gonorrhoea yang telah resisten terhadap penicillin, dan disebut Penicillinase Producing Neiserria Gonorrhoea (PPNG). Kuman ini meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya di banyak negara, termasuk Indonesia.
            Pada umumnya, penularannya melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Tetapi disamping itu juga bisa terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu, secara garis besar dikenal gonorrhoea genital dan gonorrhoea ekstra genital.

Definisi
            Gonorrhoea adalah penyakit kelamin, yang pada pria permulaannya keluar nanah dari orifisium urethrae eksterna, dan pada wanita biasanya tanpa gejala, hanya kadang-kadang nanah keluar dari introitus vagina (D). Gonorrhoea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh kuman Neisserria gonorrhea.

Etiologi
            Penyebab gonorrhoea adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Adapun ciri-ciri yang lain secara mikrobiologis dari kuman ini ialah :
1.      Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat “Gram negatif”.
2.      Pada sediaan tersebut kuman terlihat di dalam maupun di luar lekosit.
3.      Tidak tahan lama di udara bebas.
4.      Cepat mati dalam keadaan kering.
5.      Tidak tahan suhu diatas 39o C.
6.      Tidak tahan terhadap zat desinfektan.

Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah yang memiliki struktur mukosa epitel “kuboid” atau “lapis gepeng”, yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina seorang wanita sebelum pubertas.

Gejala Klinis
Masa inkubasi dari kuman ini sangat singkat. Pada pria pada umumnya bervariasi antara 2 hari sampai dengan 5 hari, kadang-kadang dapat lebih lama lagi. Pada wanita, masa inkubasi sangat sulit ditentukan, karena pada wanita sering kali penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik). Pada penderita pria, setelah masa inkubasi tercapai, akan timbul gejala radang pada urethra (urethritis). Mula-mula penyakit ini akan menimbulkan rasa gatal pada orifisium urethrae eksterna dan sepanjang urethra.  Kemudian selanjutnya akan timbul keluhan-keluhan subyektif sebagai berikut:
1.      Rasa panas di bagian distal urethra dan orifisium urethrae eksterna.
2.      Disuria (kencing terasa sakit).
3.      Polakisuria.
4.      Keluar “sekret mukopurulen” dari ujung orifisium urethrae eksterna (ecoulement), kadang-kadang disertai keluarnya darah.
5.      Perasaan nyeri saat ereksi dan “disparenia” (nyeri saat bersanggama).

Komplikasi
            Seperti telah diuraikan diatas, penyakit ini, khususnya pada pria akan menunjuk-kan gejala awal sebagai penyakit uretritis anterior. Apabila penyakit ini berlanjut, akan menunjukkan komplikasi-komplikasi sebagai berikut:
A. Tysonitis.
            Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang (tidak circumsisi) dan kebersihan kurang baik.Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butiran pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.

B. Paraureteritis.
            Sering ditemukan pada penderita dengan orifisium uretra eksternum terbuka, atau pada hipospadia.Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.

C. Littritis.
            Tidak ada gejala khusus, hanya pada urine ditemukan benang-benang atau butir-butir.Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular.Diagnosis ditegakkan dengan uretroskopi.
D. Cowperitis.
            Bila hanya duktus yang terkena, biasanya tanpa gejala.Kalau infeksi terjadi pada kelenjar Cowper, dapat terjadi abses.Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum, dan mengakibatkan proktitis.

E. Prostatitis.
            Gejala Prostatitis akut adalah adanya rasa sakit pada daerah perineum dan supra pubis, disertai malese, demam, disuri, hematuri dan bahkan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran kelenjar Prostat dengan konsistensin kenyal, disertai rasa nyeri tekan, dan akan didapatkan fluktuasi bila timbul abses. Abses ini bila tidak diobati dapat menimbulkan proktitis.

F. Vesikulitis
            Radang bisa meluas sampai Vesika seminalis dan Duktus ejakulatoris.Gejal mirip dengan Prostatitis.Pada pemeriksaan melalui Rektum, dapat diraba pembengkakan Vesika seminalis memanjang diatas Prostat.

G. Epididimitis
            Biasanya terjadi unilateral, disertai Deferenitis, timbul akibat trauma Uretra posterior akibat salah penanganan atau akibat kesalahan penderita sendiri. Epididimis dan Testis membengkak dan teraba panas, pada pemeriksaan akan didapatkan adanya nyeri tekan. Epididimitis bilateral bisa mengakibatkan sterilitas.

Diagnosis
            Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar Anamnesis, Pemeriksaan Klinis, dan Pemeriksaan Pembantu sebagai berikut:
1.      Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram dapat ditemukan Gonokokus Gram Negatif, intraseluler dan ekstraseluler.
2.      Kultur
Dua macamn media yang dipakai:
a.       Media transport, misalnya Media Stuart dan Media Transgrow
b.      Media Pertumbuhan, misalnya Mc Leod’s Chocolate Agar  dan Media Thayer Martin.
3.      Tes Definitif, terdiri dari Tes Oksidasi dan Tes Fermentasi
4.      Tes Beta-Laktamase
5.      Tes Thompson

Pengobatan
Prinsip terapi Penyakit Gonore ialah dengan dosis besar dan diberikan secara single-dose
Pilihan pengobatan perlu memperhatikan :
1.      efektifitas
2.      harga
3.      efek toksik minimal

Macam-macam obat yang bisa dapat dipakai adalah:
1. Penisilin
            Yang efektif  ialah Penisilin G Prokain Akua. Dosis 4,8 juta unit ditambah 1 g Probenecid. Kontraindikasinya ialah alergi Penisilin.
2. Ampisilin dan Amoksisilin
Dosis Ampisilin ialah 3,5 g ditambah 1 g Probenicid, dan Amoksisilin adalah 3 g ditambah 1 g Probenecid. Untuk daerah endemis Neisseria Gonorrhoeae Penghasil Penisilinase, obat ini tidak dianjurkan.
3.  Sefalosporin.
      Sefriakson (generasi ke 3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 g sampai 1 g juga cukup efektif.
4.  Spektinomisin
      Dosisnya ialah 2 g i.m. Baik untuk yang alergi Penisilin, dan yang mengalami kegagalan dengan terapi Penisilin.
5.  Kanamisin
      Dosisnya 2 g i.m. Baik untuk yang alergi Penisilin dan yang mengalami kegagalan dengan terapi Penisilin.
6.  Tiamfenikol
      Dosisnya 3,5 g diberikan secara per-oral. Angka kesembuhan mencapai 97 %.
7.   Kuinolon
Keuntungan dari obat ini ialah dapat diberikan per-oral dengan dosis yang relatif rendah, sehingga jarang timbul efek samping (7).
      Dari golongan Kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah:
a.       Ofloksasin 400 mg single-dose
b.      Siprofloksasin 250 mg - 500 mg  single-dose
c.       Norfloksasin 800 mg single-dose


0 komentar:

Posting Komentar

 

Medicolicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea