Minggu, 30 Maret 2014

Iseng foto sama manekin bayi sebelum CSL Suprapubic punction :D

Diposting oleh Unknown 0 komentar

Skenario PBL: Keputihan

Diposting oleh Unknown 0 komentar


SKENARIO
Seorang ibu rumah tangga berusia 27 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan keputihan, yang mulai dirasakannya seminggu yang lalu.
Si ibu bekerja sebagai PNS sebagai kepala seksi di Kanwil salah satu Departemen. Pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda keganasan.

KATA KUNCI
· Ibu, 27 thn
· Keputihan seminggu yang lalu
· PNS
· Tidak ditemukan tanda keganasan

GONORE

Diposting oleh Unknown 0 komentar


            Gonorrhoea merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan kuman Neisseria gonorrhoea yang telah resisten terhadap penicillin, dan disebut Penicillinase Producing Neiserria Gonorrhoea (PPNG). Kuman ini meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya di banyak negara, termasuk Indonesia.
            Pada umumnya, penularannya melalui hubungan kelamin, yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Tetapi disamping itu juga bisa terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu, secara garis besar dikenal gonorrhoea genital dan gonorrhoea ekstra genital.

Ulkus Molle

Diposting oleh Unknown 0 komentar


ULKUS MOLLE
Definisi
Merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Hemophilus ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok)  pada alat kelamin yang sifatnya menetap dan terasa nyeri.

Minggu, 23 Maret 2014

URETEROLITHIASIS (Batu Ureter)

Diposting oleh Unknown 0 komentar


URETEROLITHIASIS
Definisi
-          Pembentukan batu di ureter (Dorland)
-          Kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999 Hal 451)

Jumat, 21 Maret 2014

Pemeriksaan dan Penatalaksanaan APPENDICITIS

Diposting oleh Unknown 0 komentar



I.                          PEMERIKSAAN FISIK
Pada Apendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:

APPENDICITIS

Diposting oleh Unknown 0 komentar


I.    DEFINISI
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendicitis akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.

           II.  INSIDENSI
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun. Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia lebih sering terkena dibandingkan dengan kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama musim panas.
Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki lebih tinggi.

III. ETIOLOGI
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:
1.   Hiperplasia folikel lymphoid
2.   Carcinoid atau tumor lainnya
3.   Benda asing (pin, biji-bijian)
4.   Kadang parasit
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi pada pasien appendicitis yaitu:
Bakteri aerob fakultatif
Bakteri anaerob
·      Escherichia coli
·      Viridans streptococci
·      Pseudomonas aeruginosa
·      Enterococcus
·                     Bacteroides fragilis
·                     Peptostreptococcus micros
·                     Bilophila species
·                     Lactobacillus species

IV. PATOGENESIS
Appendicitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi, khas dalam 24-36 jam setelah munculnya gejala, kemudian diikuti dengan pembentukkan abscess setelah 2-3 hari.
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh proses peradangan. Hasil observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar, yaitu sekitar 20% pada ank dengan appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi appendiks. Hiperplasia folikel limfoid appendiks juga dapat menyababkan obstruksi lumen. Insidensi terjadinya appendicitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang hyperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau general misalnya akibat infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat invasi parasit seperti Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis, Schistosoma, atau Ascaris. Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enteric atau sistemik, seperti measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Pasien dengan cyctic fibrosis memiliki peningkatan insidensi appendicitis akibat perubahan pada kelenjar yang mensekresi mucus. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi appendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, benda asaning seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya appendicitis. Trauma, stress psikologis, dan herediter juga mempengaruhi terjadinya appendicitis.
Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, dan kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendicitis, khususnya pada anak-anak.
Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri. Jika mual muntah timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain.
Appendiks yang obstruksi merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk berkembang biak. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi gangguan aliran limf, terjadi oedem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding appendiks berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burney’s. Nyeri jarang timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya. Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatic biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale sampai saat terjadinya rupture dan penyebaran infeksi. Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau pinggang. Appendiks pelvic yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau vesica urinaria pada appendicitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti terjadi retensi urine.
Perforasi appendiks akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis umum. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan pasien berespon terhadap adanya perforasi. Tanda perforasi appendiks mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Secara umum, semakin lama gejala berhubungan dengan peningkatan risiko perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai pada bayi karena tidak adanya jaringan lemak omentum. Anak yang lebih tua atau remaja lebih memungkinkan untuk terjadinya abscess yang dapat diketahui dari adanya massa pada pemeriksaan fisik.
Konstipasi jarang dijumpai tetapi tenesmus sering dijumpai. Diare sering didapatkan pada anak-anak, dalam jangka waktu sebentar, akibat iritasi ileum terminal atau caecum. Adanya diare dapat mengindikasikan adanya abscess pelvis.

V. GAMBARAN KLINIS
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia. Meskipun sangat jarang pada neonatus dan bayi, appendicitis akut kadang-kadang dapat terjadi dan diagnosis appendicitis jauh lebih sulit dan kadang tertunda. Nyeri merupakan gejala yang pertama kali muncul. Seringkali dirasakan sebagai nyeri tumpul, nyeri di periumbilikal yang samar-samar, tapi seiring dengan waktu akan berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan nyeri yang gradual seiring dengan perkembangan penyakit.
Variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi. Pada anak-anak, dengan letak appendiks yang retrocecal atau pelvis, nyeri dapat mulai terjadi di kuadran kanan bawah tanpa diawali nyeri pada periumbilikus. Nyeri pada flank, nyeri punggung, dan nyeri alih pada testis juga merupakan gejala yang umum pada anak dengan appendicitis retrocecal arau pelvis.
Jika inflamasi dari appendiks terjadi di dekat ureter atau bladder, gejal dapat berupa nyeri saat kencing atau perasaan tidak nyaman pada saat menahan kencing dan distensi kandung kemih.
Anorexia, mual, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa jam setelah onset terjadinya nyeri. Muntah biasanya ringan. Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau caecum. Gejala gastrointestinal yang berat yang terjadi sebelum onset nyeri biasanya mengindikasikan diagnosis selain appendicitis. Meskipun demikian, keluhan GIT ringan seperti indigesti atau perubahan bowel habit dapat terjadi pada anak dengan appendicitis.
Pada appendicitis tanpa komplikasi biasanya demam ringan (37,5 -38,5 0 C). Jika suhu tubuh diatas 38,6 0 C, menandakan terjadi perforasi. Anak dengan appendicitis kadang-kadang berjalan pincang pada kaki kanan. Karena saat menekan dengan paha kanan akan menekan Caecum hingga isi Caecum berkurang atau kosong. Bising usus meskipun bukan tanda yang dapat dipercaya dapat menurun atau menghilang.
Anak dengan appendicitis biasanya menghindari diri untuk bergerak dan cenderung untuk berbaring di tempat tidur dengan kadang-kadang lutut diflexikan. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak jarang menderita appendicitis, kecuali pada anak dengan appendicitis retrocaecal, nyeri seperti kolik renal akibat perangsangan ureter.

Sabtu, 15 Maret 2014

PENYAKIT GINJAL KRONIK (Chronic Kidney Disease)

Diposting oleh Rizki 0 komentar

Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progressif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

Minggu, 09 Maret 2014

Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)

Diposting oleh Rizki 0 komentar

Definisi
   Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A. Dari perkembangan teknik biopsi ginjal per-kutan, pemeriksaan dengan mikroskop elektron dan imunofluoresen serta pemeriksaan serologis, glomerulonefritis akut pasca streptokokus telah diketahui sebagai salah satu contoh dari penyakit kompleks imun. Penyakit ini merupakan contoh klasik sindroma nefritik akut dengan awitan gross hematuria, edema, hipertensi dan insufisiensi ginjal akut. Walaupun penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan kesembuhan yang sempurna, pada sebagian kecil kasus dapat terjadi gagal ginjal akut sehingga memerlukan pemantauan

Patofisiologi
Patogenesis GNAPS belum diketahui dengan pasti. Faktor genetik diduga berperan dalam terjadinya penyakit dengan ditemukannya HLA-D dan HLADR.  Periode laten antara infeksi streptokokus dengan kelainan glomerulus menunjukkan proses imunologis memegang peran penting dalam mekanisme penyakit. Terbentuknya autoantibody terhadap IgG yang telah berubah tersebut, mengakibatkan pembentukan komplek imun yang bersirkulasi, kemudian mengendap dalam ginjal. Pada kasus ringan, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya menunjukkan kelainan minimal. Biasanya terjadi proliferasi ringan sampai sedang dari sel mesangial dan matriks. Istilah glomerulonefritis proliferatif eksudatif endokapiler difus digunakan untuk menggambarkan kelainan morfologi penyakit ini. Bentuk bulan sabit dan inflamasi interstisial dapat dijumpai mulai dari yang halus sampai kasar yang tipikal di dalam mesangium dan di sepanjang dinding kapiler.

Manifestasis klinis
Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu mendahului timbulnya sembab. Periode laten ratarata 10 atau 21 hari setelah infeksi tenggorok atau kulit.10 Hematuria dapat timbul berupa gross hematuria maupun mikroskopik. Gross hematuria terjadi pada 30-50 % pasien yang dirawat. Variasi lain yang tidak spesifik bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau lesu

Diagnosis
Kecurigaan akan adanya GNAPS dicurigai bila dijumpai gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi streptokokus.Tanda glomerulonefritis yang khas pada urinalisis, bukti adanya infeksi streptokokus secara Laboratories yang di tandai dengan meningkatnya ASTO dan rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk menegakkan diagnosis.

Diagnosis banding
1.    Glomerulonefritis kronik
2.    Nefritis Ig A
3.    Hematuria berulang ringan
4.    Purpura Henoch-schonlein

Komplikasi
1.    Ensefalopati Hipertensi
2.    Gagal ginjal
3.    Edema paru
4.    Payah jantung

Prognosis
   Berbagai faktor memegang peran dalam menetapkan prognosis GNAPS antara lain umur saat serangan, derajat berat penyakit, galur streptokukus tertentu, pola serangan sporadik atau epidemik, tingkat penurunan fungsi ginjal dan gambaran histologis glomerulus. Anak kecil mempunyai prognosis lebih baik dbanding anak yang lebih besar atau orang dewasa oleh karena GNAPS pada dewasa sering disertai lesi nekrotik glomerulus. Angka kematian pada GNAPS bervariasi antara 0-7 %.2,21 Melihat GNAPS masih sering dijumpai pada anak, maka penyakit ini harus dicegah karena berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. 

Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis pada pasien Edema

Diposting oleh Rizki 0 komentar

a.  Anamnesis
1. Menanyakan Identitas Pasien
2. Menanyakan keluhan utama : bengkak pada wajah  dan perut
3. Menggali riwayat penyakit nya, Tanyakan:
-    onset dan durasi keluhan utama : sejak kapan ?
-    warna dan jumlah urin, ada batu atau tidak, hematuria, kapan mulai bengkak pada wajah
-    gejala lain yang berhubungan : mual, nyeri pinggang,nyeri saat buang air kecil, rasa tidak enak pada abdomen, nyeri tekan pada perut bagian kanan.
4. Melakukan anamnesis terpimpin
5. Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan
6. Riwayat penyakit Keluarga
7. Menggali riwayat pengobatan sebelumnya.
b.  Pemeriksaan Fisik
·      Vital Sign : Pemeriksaan TD,suhu, nadi, pernafasan
Pada Pemeriksaan Fisik dapat dengan duduk, tapi yang paling baik dan biasa dilakukan adalah dalam posisi baring terlentang (Supine position).
·      Inspeksi :
Perhatikan ada tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen, trauma (luka lecet/gores),sembab pada kelopak mata.
·      Palpasi:
Pemeriksaan posisi baring, dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. Tangan kiri diletakan di sudut costo-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan. Pemeriksaan dalam keadaan inspirasi dan ekspirasi. Ginjal kanan lebih rendah,Periksa adanya nyeri saat palpasi
·      Perkusi:
a.  Dilakukan di daerah costo-vertebralis (lat dindingperut). Lihat perluasan dan progresifisitas daerah pekak (dullness) dinding lateral abdomen.(perdarahan pd kasus trauma ginjal)
b.  Perdarahan retroperitoneal pekak pada perkusi tidakberubah dgn perubahan posisi, jika intraperitoneal pekak berpindah sesuai dengan perubahan posisi
·      Auskultasi:
Pemeriksaan dengan steteskop : terdengar suara bising (systolic bruit) bila ada stenosis atau aneurysma arteri renalis.
c.  Pemeriksaan Penunjang
1.  Laboratorium
·      Urinalisis, pemeriksaan ini meliputi :
a)  Makroskopik : Warna normal urin kuning, Bau ammonia, Berat jenis 1,003-1,030 kg/liter
b) Kimiawi : pH, protein, glukosa
c) Mikroskopik : Pemeriksaan Sediment
·      Faal Ginjal
a)  Urea Clearance
b)  Creatinine Clearance
2.  Pemeriksaan Radiologi
·      BNO
Persiapan:
Membersihkan daerah abdomen dengan laxativa atau menggunakanenema untuk mengeluarkan massa feses dari perut. Penderita juga dimintauntuk tidak makan 8-12 jam sebelum dilakukan test ini.
Untuk foto BNO, setelah melakukan persiapan, penderita langsung menujuke ruang foto untuk pengambilan foto abdomen.
Pada IVP, penderita berbaring dan dilakukan infus kontras media lewatpembuluh darah vena di tangan. Kemudian foto akan dilakukan padainterval 0, 5 mnt, 10 mnt, dan 20 mnt. Interval 0 adalah saat kontrasdimasukkan secara intravena.
·      Ultrasound Ginjal

Untuk mengidentifikasi kelainan pada ginjal, diantaranyakelainan struktural, dan massa lain.
 

Medicolicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea